Buku Esha Tegar, Cecilia Oday, dan Sasti Gotama Menangkan Kusala Sastra Khatulistiwa 2025
Esha Tegar Putra ketika menjadi pembicara dalam sebuah diskusi. (ISTIMEWA)
RIAUGLOBE – Buku tiga sastrawan, yakni Esha Tegar Putra, Cecilia Odai, dan Sasti Gotama, memenangkan penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 yang diumumkan di Jakarta, Sabtu (28/5/2025) malam. Ini merupakan pencapaian tinggi ketiganya, yang rata-rata masih relatif muda secara umur.
Dewan Juri Kusala Sastra Khatulistiwa mengumumkan pemenang karya sastra dalam tiga kategori: buku kumpulan cerita pendek (cerpen), prosa, dan buku kumpulan puisi. Kategori cerpen dimenangkan oleh Akhir Sang Gajah di Bukit Kupu-Kupu karya Sasti Gotama; kategori novel Duri dan Kutuk karya Cicilia Oday; dan kategori puisi dimenangkan oleh Hantu Padang karya Esha Tegar Putra.
"Pemenangnya sudah diisyaratkan oleh seekor kucing hitam yang lalu lalang di depan kita," kata Ketua Dewan Juri Kusala Sastra Khatulistiwa Djoko Saryono, saat mengumumkan tiga pemenang di Gedung A Kementerian Kebudayaan, Jakarta Pusat, sambil bercanda, seperti ditulis Tempo.
Penjelasan Djoko itu merujuk pada Sasti Gotama yang memenangkan kategori Kumpulan cerita pendek. "Pengarang ini pernah menerbitkan kumpulan cerpen berjudul Mengapa Tuhan Menciptakan Kucing Hitam," ujar dia, menyebut buku terbitan DIVA Press, 2020, besutan Sasti.
Sebelumnya seekor kucing hitam berlarian di depan para tamu. Orkestrasi kucing ini lalu lalang menjelang pembacaan pemenang. Setelah Sasti, Djoko mengumumkan dua penulis lainnya, yaitu Cicilia dan Esha Tegar Putra.
Menurut Djoko, Dewan Juri Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 yang dibentuk penyelenggara telah bekerja maksimal dan sungguh-sungguh berdasarkan penghayatan, pengetahuan, dan pengalaman dengan sastra Indonesia. Dalam menilai dan memutuskan karya sastra yang terpilih dalam daftar panjang, daftar pendek, dan terakhir pemenang, Dewan Juri bersepakat mengedepankan penilaian kepakaran expert judmental di bidang sastra.
Selain itu, Dewan Juri juga bersepakat bahwa pertama-tama pembacaan dan penilaian terpusat pada karya sastra atau teks. Bukan pada aspek-aspek lain, seperti gender, domisili sastrawan, atau penerbit.
"Kedaulatan dan otonomi teks sastra menjadi fokus utama," ucap Djoko.
Berikutnya, menurut dia, Dewan Juri berfokus pada intertekstualitas, baik sinkronis maupun diakronis. Selanjutnya, Dewan Juri bekerja secara personal dan kolektif untuk memutuskan mana karya-karya sastra yang lolos dalam daftar panjang, daftar pendek, hingga karya pemenang.
Adapun dalam tahap personal, setiap juri menghayati, memahami, mencermati, menanggapi, dan menilai karya sastra yang terbit sepanjang tahun 2024 yang diterima oleh panitia juga dipantau oleh Dewan Juri.
"Hasilnya didiskusikan secara kolektif. Lalu diputuskan bersama-sama," katanya.
Meski ada otonomi masing-masing Dewan Juri, Djoko menuturkan, tetapi keputusan Dewan Juri sama. Kami sama-sama satu mangkok salat, memiliki perbedaan-perbedaan tapi dipersatukan oleh tujuan yang hasilnya sama," kata guru besar Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia Universitas Negeri Malang, itu.
Setelah mendapatkan banyak ucapan selamat dari rekan-rekan pengarang dan penulis, di media sosial Esha mengucapkan terima kasih atas pencapaian buku yang ditulisnya tersebut. Menurutnya, puisi-puisi yang ada dalam Hantu Padang lahir dari pergulatan hidupnya hingga ke titik terbawah.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang punya andil dalam penerbitan buku ini. Terima kasih Indrian Koto dan Mutia Sukma, pasangan suami-istri pengelola penerbit Jual Buku Satra, yang tekun dalam menerbitkan buku tersebut. Juga keluarga dan sahabat-sahabat saya,” ujar lelaki kelahiran Solok, Sumatra Barat tersebut di laman media sosialnya.
Hal yang sama juga diucapkan Sasti Gotama. Dalam beberapa grup WA yang diikutinya, dia mengucapkan terima kasih kepada banyak orang atas pencapaian yang diperoleh buku terbitan Bentang tersebut.
“Terima kasih untuk semua ucapan terima kasih dan apresiasi kawan-kawan,” kata Sasti.(rg-01/tempo)
Redaksi
Kurator/Redaktur Cerpen: Andreas Mazland, Anton WP, Redovan Jamil, dan WS Djambak.Sekretaris Redaksi: Andreas Mazland
Keuangan: Redovan Jamil
Redaksi RiauGlobe.id menerima tulisan berupa cerpen, maksimal 1.500 kata.
Silakan kirim ke email: riaumedia.globe@gmail.com.
Cerpen yang dimuat diberi honor.


















